It’s Because of You, Honey.
Chapter 1
Sehabis bertengkar dengan pacarnya, Rukawa jadi Prince Charming gitu, flirting everywhere, bahkan sama cewek-cewek dari Rukawa Brigade. Sebenarnya apa yang terjadi saat pertengkaran itu sehingga dia bisa berubah seperti itu? Disputuskah?
Siang hari dipertengahan musim dingin di kota Tokyo, terlihat ada seorang cowok berambut hitam legam yang berdiri di dekat gerbang Universitas Tokyo, kehadirannya disana langsung menjadi perhatian para mahasiswi yang berlalulalang lewat gerbang utama Universitas besar itu.
“Itu bukannya Kaede Rukawa? Ngapain dia disini? Bukannya dia masuk Keio?” terdengar bisik-bisik dari 2 mahasiswi yang melihatnya dengan tatapan tidak percaya dan hampir saja menabrak tiang listrik didepannya.
Ya, pantas mereka heran, ex-Ace SMA Shohoku itu seharusnya latihan di Universitas Keio, tempatnya kuliah sekarang, tapi kenapa dia malah berdiri dan sepertinya menunggu dengan tatapan tak tentu seperti itu. Yang dipergunjingkan malah diam aja, sudah biasa dia mendapatkan tatapan seperti itu, heran, kaget, kagum, nge-fans,dll, dia nyadar kok kalo dia ganteng dan itu membuatnya sedikit tidak nyaman, makanya setiap lima menit sekali dia menengok kearah dalam Universitas itu. Dan kali itu, saat menengok-yang mungkin ke 15 kalinya, akhirnya dia menghembuskan nafas lega. Yang ditunggu akhirnya datang juga.
Dia disana sedang menunggu gadisnya, pacarnya lebih tepatnya, hari itu hari sabtu, dan rencananya mereka mau kembali ke Kanagawa sampai besok hari Senin. Gak ada yang menyangka dia disana rela menunggu pacarnya itu. Orang gak ada yang nyangka kalau dia udah punya pacar.
“Hey, Nunggu lama ya?” tanya si pacarnya Rukawa
“Hn,” Ngambek gitu.
“Ih kok ngambek, aku tadi harus mengumpulkan makalahku ke dosen yang- kau tahu lah, si brewok…”
Yang diajak ngomong cuma ngangguk, lalu mulai berjalan.
“Oi..” yang dibelakang manggil, yang dipanggil cuma menoleh, bahkan gak berhenti berjalan. Gadis itu pun mengulurkan tangan kanannya.
Terdengar geraman pelan dari pemain basket itu. Dan dengan sungkan kemudian berbalik dan berjalan kearah gadis berambut coklat itu.
“Naomi-chan!!!”
Yang punya nama langsung menoleh kearah sumber suara melengking itu.
“Akako-chan, ada apa lagi?” tanya Naomi
“Aku mau minta tolong, bisakan? Bisa tidak kau menolongku menyusun makalah-…” gadis bernama Akako itu langsung berhenti dan terpana begitu menyadari seseorang memegang tangan kanan Naomi.
“Eh, itu…”
“Oh... hehe, dia, kau tahu lah… siapa dia?” kata Naomi sungkan sambil menggoyang-goyang tangannya yang masih terkait dengan punya Rukawa, berusaha melepaskanya, dia tidak mau orang-orang tahu tentang hubungannya dengan pemain andalan baru Universitas Keio itu, bisa berabe dia menghadapi fans-fans fanatiknya.
“Ka-ka-kae-kaede Rukawa? Kau mengenalnya?” tanya Akako dengan ekspresi tidak percaya tertera jelas diwajahnya.
“Oh- iya! Dia-dia… t..temanku SMA,iya teman SMA, kau tahukan aku juga dari Shohoku?” jawab Naomi terbata-bata
Sang Ace pun jadi merasa kesal, sudah menunggu lama, harus diganggu pula sama cewek cerewet satu ini. Bete dia. Apalagi dia juga jadi harus berakting kalo Naomi bukan pacarnya. Tapi bukannya mulai berakting dan berlagak cool, eh dia malah semakin kenceng megang tangan Naomi, ditambah narik Naomi kearahnya.
“Ayo pulang, aku sudah lapar,” katanya kemudian, kentara jelas di wajahnya dia sedang super kesal.
“Ahh!! Naomi-chan? Kau teman de- tunggu, kalian pacaran ya?” tanya Akako setelah berseru kaget melihat reaksi Rukawa yang langsung aja narik Naomi. Kata-kata barusan seketika sukses menyedot perhatian orang-orang di sekitarnya.
“Kaede..!”seru Naomi pelan sambil narik tangannya,”Oh, ehh gak!!,” katanya kemudian buru-buru ngelak dari pertanyaan paling dibencinya itu. Menyadari seharusnya dia tidak menjawab demikian dia langsung menoleh dan mendapati tatapan dingin dari cowok didekatnya itu.
“Maksudku…”
“Ayo.Pulang.”kata Rukawa kemudian dengan nada yang tidak bisa diganggu gugat lagi
“Kyaa~ Naomi-chan kenapa tidak pernah cerita padaku,eh-“
Sebelum Akako sempat menyelesaikan kata-katanya, Rukawa keburu menarik Naomi dan sempat dengan keras menubruk Rukawa. Melihat cowoknya udah super kesel kaya gitu, akhirnya Naomi nurutin apa kemauannya. Dia tahu apa betul apa yang membuat cowok itu bĂȘte, makanya daripada nambahin buruk mood kekasihnya itu dia lebih memilih ditarik-tarik gak sabar kaya gitu.
Bagi Rukawa bukannya dia bermaksud buat kasar sama ceweknya, tapi dia lagi bener-bener dalam bad mood, makanya dia lost control. Setelah sampai distasiun dan membeli tiket ke Kanagawa, akhirnya pegangan erat dari sang pemain basket itupun mengendur.
Dalam hati Naomi hanya bisa menunggu saat yang tepat untuk bicara dengan cowok terkasihnya itu. Saat menempati tempat duduk didalam kereta itu akhirnya dia mengembuskan nafasnya, sebenarnya belum lega betul, malah tambah ganjel dihati, abisnya liatin cowok disebelahnya itu memasang tampang dingin kepadanya jadi membuatnya ingin menangis. Dia paling gak tahan kalau harus menghadapi Rukawa yang dalam mode seperti itu. Rasanya dia seperti orang yang benar-benar asing dalam hidupnya. Dan dia juga sadar kalau dialah yang membuatnya seperti itu, kata-katanya saat menjawab pertanyaan teman kuliahnya itulah yang membuatnya demikian. Walau mereka sepakat buat nutupin hubungan asli mereka sampai paling enggak Naomi menjadi murid sophomore, tapi Rukawa paling sebel kalau Naomi bilang dia bukan pacarnya.
Dalam hati Naomi berfikir, bukan salahnya sepenuhnya sih, Akako tadi juga sudah mulai percaya saat Naomi bilang Rukawa cuman temannya, yang dulu emang satu SMA, tapi gara-gara si tampang coolnya itu malah menarik tangannya, Akako jadi memunculkan pertanyaan paling sulit untuk dijawabnya.
Dikereta itu, masing-masing sibuk dengan pikirannya. Rukawa sebenarnya gak berfikir, tapi dia masih mencoba mengontrol moodnya, heran juga saat itu dia gak milih buat tidur. Hari itu, benar-benar payah, dia kalah saat harus menghadapi Sawakita-lagi. Walau di Keio, timnya sekarang, ada dia, Mitsui, Sendoh, dan bahkan Sakuragi yang unbeatable kalau dipasangin sama dia, tetep aja dia belum bisa mengalahkan tu orang. Apalagi dia harus nungguin Naomi yang sempat telat dari waktu mereka seharusnya bertemu, dan ditambah dengan gadis cerewet yang pake acara bawel nanyain hubungan mereka segala.
“Hey…” Naomi coba membuka percakapan, tapi sepertinya gagal karena Rukawa masih aja membuang muka.
“Maaf, aku bingung mau jawab apalagi, abisnya kamu udah main narik-narik gitu…”
Gak ada respon dari yang diajak ngomong. Kembali Naomi menghembuskan nafas, mending dia ditinggal tidur cowoknya itu daripada berada disituasi serba salah yang menyebalkan seperti itu.
“Kaede…,” panggilnya lagi. Yang dipanggil cuman meliriknya sekilas
“Ayolah, bicara padaku, kau marah ya? Aku minta maaf-”
“Kenapa kau langsung menjawab enggak?” sahut Kaede, membuat Naomi kaget
“Kamu gak tau sifatnya Akako, dia tu gak bakalan berhenti kalau belum dapat jawaban yang dia inginkan, ditambah kamu juga narik aku-“
“Oh, begitu, kalo gitu bilang aja kalau aku pacarmu, gampang kan? Dia udah dpt yang dia inginkan, dan kita bisa langsung pulang,”kata Rukawa datar
“Hah?-Kita kan udah sepakat untuk merahasiakannya, kenapa-“ kembali Rukawa menyahutnya
“Aku gak liat alasan yang tepat kenapa kita merahasiakan hubungan ini, kalau kau takut dengan fansku, kau bisakan membalasnya, seperti saat SMA dulu, kamu gak takut sama orang gila gak ada kerjaan seperti mereka,” kata Rukawa tegas
“Itu dulu, dulu aku punya pengaruh kuat di SMA karena aku ketua OSIS, tapi sekarang, aku tuh cuman murid junior. Fansmu, itu, dari, segala, tingkat,”jelas Naomi memberi penekanan di beberapa kata terakhirnya
“Lalu?”
“Lalu?! Apa maksudmu?”
“Jelaskan ke mereka” kata Rukawa nggampangin, Naomi sekarang juga udah punya pengaruh lumayan kuat di BEM Univ. Tokyo.
Rahang Naomi terjatuh mendengar perkataan pacarnya itu, tapi dengan cepat dia menata diri dan berfikir cepat dengan tenang,” aku bakal ngumumin kalau Kamu, Kaede Rukawa, adalah pacarku, tapi besok kalo aku udah Sophomore, itu kesepakatan kita,” katanya kemudian. Sunyi kembali mendatangi keduanya.
“Aku gak tau apa yang terjadi sama kamu hari ini, tapi hari ini kamu bener-bener seperti… Jerk” kata Naomi kemudian, kata kata terakhirnya diucapkan bersamaan dengan hembusan nafasnya. Baru kali itu dia mengatai kekasihnya itu seperti itu. Mendengar itu, Rukawa menoleh perlahan, dia gak percaya ceweknya sendiri nambahin buruk harinya. Mulut terkatup, dan mata gak berkedip memandang tidak percaya pada Naomi. Naomi sendiri gak percaya dia mengatakan kata-kata itu, dia terus membuang muka, gak berani membalas tatapan Rukawa yang terus menempel padanya, air matanya tertahan dipelupuk matanya, dia menggigit bibirnya untuk mencegahnya menetes.
Kali itu gentian Rukawa yang merasa serba salah, dia benci jika membuat Naomi menangis, apalagi gara-gara menahan amarahnya terhadap dirinya yang bahkan belum menjelaskan asal muasal bad moodnya kali itu.
Begitu sampai distasiun Shohoku, Naomi langsung berdiri dan meninggalkan cowok berambut hitam legam itu. Melihatnya buru-buru ninggalin dirinya seperti itu, Rukawa pun buru-buru nyusul, mencoba meraih tangan Naomi yang udah makin menjauh saat keluar dari stasiun. Saat berhasil menggapainya, Naomi masih gak mau menatapnya.
“Naomi,” panggilnya, yang dipanggil malah ingin menarik tangannya. Karna Rukawa yang, juga masih kesal, dan, moodnya belum terkontrol, sementara dia gak mau pacarnya ngambek sama dirinya, akhirnya dia pun menariknya, membuatnya menghadapnya, agar dia bisa menatap wajahnya dan membuatnya merasa baikan, dan dia bisa menjelaskan semuanya dengan lebih tenang, walau kali itu wajahnya Naomi yang terpasang adalah mode kesal.
Tapi dengan ulahnya itu, sepertinya malah membuat Naomi kesal, dia tambah frowning, kata-katanya masih tertahan dikerongkongannya, setiap saat bisa aja meledak.
“Aku tahu aku membuatmu kesal, tapi hari ini aku benar-benar mengahadapi hari yang berat,”
‘Bukan itu yang kuharapkan, bodoh,’ kata Naomi dalam hati, ‘mana kata-kata itu, setidaknya setelah kau membuat lecet tangan kananku,’ hanya kata maaf yang sekarang diinginkan Naomi untuk diucapkan cowok yang kini sedang menggoncangkan tubuhnya karena merasa tidak diperhatikan kata-katanya.
“Kenapa kau sekarang kau seperti banci, kasar banget sama cewek!”kata Naomi kemudian melampiaskan kekesalnya. Kata-kata Naomi barusan membuat Rukawa terpatung, jelas ini bukan pertanda baik, Naomi lagi bĂȘte stadium akhir.